Apa Pentingnya Ceng Beng Bagi Warga Tionghoa Cirebon, Begini Sejarah dan Maknanya

- 26 Maret 2022, 08:00 WIB
ceng beng untuk orang Tionghoa, perayaan ini dilakukan untuk mengingat dan menghormati nenek moyang.
ceng beng untuk orang Tionghoa, perayaan ini dilakukan untuk mengingat dan menghormati nenek moyang. /Arif Rohidin/


KUNINGANTALK- Ada pepatah Tiongkok mengatakan Qù fénmù hé bōzhòng huā zuòwéi wǒmen zūnzhòng hé gǎnjī fùmǔ de zhèngmíng, jì zhù tāmen de fúwù artinya ziarah kubur dan tabur bunga ke makam orang tua sebagai tanda bakti menghormati orang tua.
Tanggal 5 April adalah hari ceng beng atau bisa juga disebut sebagai hari terang benderang. Karena hari itu mereka membersihkan atau menyapu kuburan nenek moyang warga Tionghoa dan menghiasinya. Sebagai tanda bakti kepada leluhur.
5 April juga disebut sebagai Hari Menyapu Kuburan (Hari Pembersihan Pusara) dan Festival Bersih Terang adalah terjemahan yang paling umum dalam mengartikan 'Qīngmíng (qīng: bersih, ming: terang).

Baca Juga: BPIP dan Pangdam V/Brawijaya Perkuat Kolaborasi Bumikan Pancasila
Demikian diungkapkan Budayawan Tionghoa Cirebon, Jeremy Huang Wijaya mengatakan ceng beng untuk orang Tionghoa, perayaan ini dilakukan untuk mengingat dan menghormati nenek moyang.
“Setiap orang berdoa di depan nenek moyang, menyapu pusara dan bersembahyang dengan makanan, teh, arak, dupa, kertas sembahyang dan berbagai asesoris, sebagai persembahan kepada nenek moyang,” kata Jeremy.
Upacara ini adalah sangat penting bagi kebanyakan orang Tionghoa, terutama petani, dan biasanya dapat dilaksanakan 10 hari sebelum atau sesudah hari Qīngmíng.
Juga pada waktu Qīngmíng orang melakukan tamasya keluarga, mulai membajak sawah pada musim semi.
“Hal populer lain yang melakukan adalah memainkan layang-layang (dalam berbagai bentuk binatang, atau karakter dari Opera Cina),” kata Jeremy.

Baca Juga: Pendapatan Petani Jamur Kayu Capai Rp4,5 Juta per Bulan, Berminat?
Di Tiongkok China Biasanya, para petani Tionghoa melaksanakan upacara ini 10 hari sebelum atau sesudah hari Qing Ming.
Saat bertepatan di hari Qing Ming, biasanya orang-orang bepergian untuk bertemu dengan anggota keluarganya yang lain dan mulai membajak sawah.
Selain melakukan hal-hal itu, mereka juga suka bermain layangan juga, lho, yang berbentuk binatang atau karakter dari Opera China.  
Festival Qingming (hanzi tradisional:; sederhana:; pinyin: qīng míng jié) atau Cheng Beng (bahasa Hokkian) adalah ritual tahunan etnis Tionghoa untuk bersembahyang dan ziarah kubur sesuai dengan ajaran Khong Hu Cu.
Sejarah Festival tradisional Tiongkok dilaksanakan pada hari ke-104 setelah titik balik Matahari di musim dingin (atau hari ke-15 pada hari persamaan panjang siang dan malam di musim semi), pada umumnya dirayakan pada tanggal 5 April atau 4 April pada tahun kabisat.
Secara astronomi, dalam terminologi matahari, Festival Qīngmíng dilaksanakan pada hari pertama dari 5 terminologi Matahari, yang juga dinamai Qīngmíng.

Baca Juga: Jabar Komitmen Penuhi Permintaan Madu di Pasar Domestik
Nama yang menandakan waktu untuk orang pergi keluar dan menikmati hijaunya musim semi (Tàqīng, "menginjak tumbuhan hijau"), dan juga ditujukan kepada orang-orang untuk berziarah kubur. Hari Festival ini dijadikan hari libur umum di Tiongkok, begitu juga di Hong Kong, Macau dan Taiwan.
Tradisi Ceng Beng muncul pertama kali pada era Dinasti Han (202 SM hingga 220 M). Kemudian tradisi ini menjadi familiar pada zaman Dinasti Tang (618-907 M).
Ceng Beng sendiri diciptakan Kaisar Xuanzong pada tahun 732 (Dinasti Tang), sebagai pengganti upacara pemujaan nenek moyang dengan cara terlalu mahal dan rumit
Di Cirebon tahun 1880 juga diadakan upacara ceng beng tiap tahun di pemakaman Ku Tiong Kali tanjung dan Sintiong Pengampaan Penggung, dulu tahun 1880-1970an warga Tionghoa yang tinggal di kota Cirebon, Kab Cirebon, Kuningan, Indramayu dan Majalengka dimakamkan di Ku Tiong dan Sintiong.

Baca Juga: Jadwal dan Harga Tiket KRL Commuter Line Bekasi ke Jakarta Kota Malam Hari, Jumat 25 Maret 2022
Mereka biasanya habis tabur bunga berkumpul di Tiong Teng bangunan yang ada di Ku tiong dulunya membawa perbekalan makan bersama keluarga main layangan.
Tetapi sayang Tiong Teng di Ku Tiong di bongkar tahun 2003. Dulu di Ku Tiong ada makam Chen Phang Lang kapitan Chinese(gelar   kepala perkampungan masyarakat tionghoa jaman kolonial)
Tangal 5 April Tahun 2017 silam Sucipto Chandra sebagai ketuanya mengadakan acara Ceng Beng bersama Warga Tionghoa Cirebon di Ku Tiong Kali Tanjung
Sejarah asal mula ada penggunaan kertas kuning di makam ketika Zhu Yuanzhang berkuasa sebagai Kaisar di Tiongkok
Konon menurut cerita rakyat, asal mula ziarah kubur atau tradisi Ceng Beng  ini sudah berasal sejak jaman dinasti Han (202 SM-220 M).
Lalu perlahan tradisi ini mulai populer pada jaman dinasti Tang (618-907), tepatnya pada masa kepemimpinan Kaisar Xuanzong .
Namun penggunaan kertas yang diletakkan di atas kubur (sebagai tanda bahwa kubur sudah dibersihkan/dikunjungi oleh keluarga), berawal dari jaman kekaisaran Zhu Yuan Zhang, pendiri Dinasti Ming (1368-1644 M).

Baca Juga: Jadwal dan Harga Tiket KRL Commuter Line Bekasi ke Jakarta Kota Siang Hari, Jumat 25 Maret 2022
Zhu Yuanzhang awalnya berasal dari sebuah keluarga yang sangat miskin. Karena itu dalam membesarkan dan mendidik Zhu Yuanzhang, orangtuanya meminta bantuan kepada biarawan dari sebuah kuil.
Ketika dewasa, Zhu Yuanzhang memutuskan untuk bergabung dengan pemberontakan Sorban Merah, sebuah kelompok pemberontakan anti Dinasti Yuan (Mongol).
Berkat kecakapannya, dalam waktu singkat Ia telah mendapat posisi penting dalam kelompok tersebut; untuk kemudian menaklukkan “dinasti asing” yang menguasai Tiongkok saat itu, Dinasti Yuan (1271-1368 M) dan akhirnya menjadi seorang Kaisar.
Setelah menjadi Kaisar, Zhu Yuanzhang kembali ke desa untuk menjumpai orangtuanya. Sesampainya di desa, ternyata orangtuanya telah meninggal dunia, dan tidak diketahui keberadaan makamnya.
Kemudian untuk mengetahui keberadaan makam orangtua nya, sebagai seorang Kaisar, Zhu Yuanzhang mengeluarkan dekrit atau perintah kepada seluruh rakyatnya, untuk melakukan ziarah dan membersihkan makam leluhur mereka masing2 pada hari yang telah ditentukan.
Selain itu, diperintahkan juga untuk menaruh/menyebarkan kertas kuning/emas di atas masing2 makam, sebagai tanda makam telah dibersihkan.
Setelah semua rakyat selesai berizarah, sang Kaisar memeriksa makam2 yang ada di desa, dan menemukan ada makam2 yang belum dibersihkan, serta tidak diberi penanda kertas kuning.

Baca Juga: Jadwal dan Harga Tiket KRL Commuter Line Solo-Yogyakarta, Jumat 25 Maret 2022
Akhirnya Sang Kaisar dapat menemukan makam leluhurnya karena makam yang tidak diberi penanda kertas kuning berarti makam leluhurnya
Ceng Beng adalah hari besar yang selalu di peringati dan di rayakan secara besar besaran oleh warga Tionghoa sebagai tanda hormat bakti untuk leluhur.
Xiàojìng fùmǔ kāiqǐ cáifù zhī mén artinya hormati dan berbakti kepada orang tua membuka pintu rejeki. ***

Editor: Arif Rohidin


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah