Mengenal Sejarah dan Keunikan Cirebon di Bulan Ramadhan, Kali ini Masjid Merah Kedung Menjangan

- 6 April 2022, 03:10 WIB
Masjid Merah Kedung Menjangan Kota Cirebon
Masjid Merah Kedung Menjangan Kota Cirebon /Arif Rohidin/

KUNINGANTALK- Kota Cirebon memiliki banyak sejarah Masjid dengan berbagai keunikan yang dimiliki sehinga banyak dijadikan lokasi ibadah.
Selama Bulan Ramadhan masjid menjadi pusat kegiatan sehingga banyak dijadikan lokasi ibadah atau sekedar itikaf.
Banyak warga muslim yang mengunjungi Masjid Merah Kedung Menjangan yang sisi bangunannya dihiasi arsitektur etnik Cina, Demak, dan Cirebon.
Masjid etnik yang berlokasi di Kelurahan Kedung Menjangan, Kecamatan Harjamukti, Kota Cirebon, itu memiliki kisah unik saat proses pembangunannya.

Baca Juga: Jadwal dan Harga Tiket KA Lokal Rangkasbitung ke Merak, Rabu 6 April 2022
Konon, proses pembangunan masjid yang bernama asli Masjid Nurbuat itu diselesaikan hanya dalam kurun waktu 100 hari, tidak kurang dan tidak lebih.
Pengerjaannya pun tidak melibatkan banyak orang. Hanya sekitar belasan pekerja dari jamaah masjid.
Masjid itu awalnya berbentuk Tajug (musola), didirikan pada tahun 2000. Berdiri di atas tanah wakaf milik Keraton Kanoman, memiliki luas tanah 5000 meter persegi.
“Semua pekerja adalah jamaah Masjid Merah Kedung Menjangan. Hanya ada belasan orang, dua diantaranya yang ahli arsitektur,” ujar Bari, 50, pengelola Masjid Merah Kedungmenjangan

Baca Juga: Jadwal Imsakiyah dan Sholat Kota Cirebon dan Sekitarnya Rabu 6 April 2022
Lanjut Bari menceritakan, dahulu kala, sudah ada wasiat dari sesepuh warga akan dibangun masjid di lokasi setempat.
Titah itu pun datangnya dari Syekh Tengku Abdul Rauf Singkil yang merupakan murid utama dari Syekh Abdul Qodir Jailani.
Anehnya, Bari menuturkan, saat proses pembangunan masjid yang memakan waktu yang sangat singkat, para pekerja tidak merasakan lelah.
Para jamaah seperti punya stamina yang tinggi, dan selalu punya semangat menyelesaikan pembangunan masjid.

Baca Juga: Jadwal Sholat, Imsakiyah, Buka Puasa Semarang dan Sekitarnya, Rabu 6 April 2022  
“Syekh Tengku Abdul Rahman Rauf Singkil sendiri dimakamkan di pekarangan Masjid Syiah Kuala, Aceh. Saat terjadi Tsunami, makamnya tidak rusak,” tuturnya.
Di bagian dalam masjid berdiri menjulang tinggi 17 saka (tiang). Ketujuh belas tiang itu merupakan simbolisasi dari jumlah rakaat solat dalam sehari.
Sementara, di bagian luar masjid ini terdapat 33 tiang berwarna merah bata yang berdiri kokoh. Jumlah tiang memberikan arti dari jumlah wirid Tasbih, Hamdalah, dan Takbir seusai sholat.

Baca Juga: Jadwal dan Harga Tiket KRL Commuter Line Depok-Jakarta Kota Pagi Sampai Siang, Rabu 6 April 2022
Tak hanya itu, di halaman masjid pun terdapat menara pagoda/memolo khas dengan ornamen Cina.
Memolo (atap hiasan) berjumlah sembilan, yang mengisyaratkan kepada Wali Sanga, sembilan wali yang berpengaruh menyebarkan Islam di Nusantara.
“Di luar masjid pun ada sumur kembar. Dua sumur itu dari dulu tidak pernah habis airnya, bahkan musim kemarau, airnya tetap penuh dan jernih,” ungkap Bari.***

 

Editor: Arif Rohidin


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah