Baca Juga: Berikut ini Prakiraan Cuaca Kuningan, Selasa, 19 September 2023: Didominasi Cerah Berawan
Proses penetapan Sumbu Filosofi Yogyaarta sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO tergolong cepat dibandingkan dengan nominasi warisan dunia dari negara-negara lain. Bahkan, dalam pengajuannya pun sah diterima tanpa adanya sanggahan.
Sementara itu, Duta Besar RI untuk Kerajaan Arab Saudi, Abdul Aziz Ahmad yang juga Ketua Delegasi pemerinta Indonesia pada sidang itu mengucapkan rasa terima kasihnya kepada UNESCO pasca penetapan Sumbu Filosofi Yogyakarta sebagai Daftar Warisan Dunia (World Heritage List).
“Kami merasa terhormat dapat menyumbangkan mutiara ini ke dalam Daftar Warisan Dunia, yang merupakan perpaduan indah antara warisan budaya benda dan tak benda,” ucapnya.
Sumbu Filosofi Yogyakarta sendiri adalah konsep tata ruang yang dicetuskan pertama kali oleh Raja Pertama Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat pada abad ke-18.
Konsep tata ruang dalam Sumbu Filosofi Yogyakarta dibuat berdasarkan konsepsi Jawa dan berbentuk struktur jalan lurus yang membentang antara Panggung Krapyak di sebelah selatan, Kraton Yogyakarta, dan Tugu Yogyakarta di sebelah utara.
Struktur jalan dan beberapa kawasan di sekelilingnya yang penuh simbolisme filosofis adalah perwujudan falsafah Jawa tentang keberadaan manusia yang meliputi daur hidup manusia (Sangkan Paraning Dumadi), kehidupan harmonis antar manusia dan antara manusia dengan alam (Hamemayu Hayuning Bawana), hubungan antara manusia dan Sang Pencipta serta antara pemimpin dan rakyatnya (Manunggaling Kawula Gusti), serta dunia mikrokosmik dan markrokosmik.***