UNESCO Tetapkan Sumbu Filosofi Yogyakarta Sebagai Warisan Budaya Dunia

- 19 September 2023, 11:03 WIB
Tugu Pal Putih atau Tugu Jogja, menjadi salah satu titik dari tiga Sumbu Filosofi Yogykarta. UNESCO secara resmi telah menetapkan Sumbu Filosofi Yogyakarta sebagai salah satu Warisan Budaya Dunia
Tugu Pal Putih atau Tugu Jogja, menjadi salah satu titik dari tiga Sumbu Filosofi Yogykarta. UNESCO secara resmi telah menetapkan Sumbu Filosofi Yogyakarta sebagai salah satu Warisan Budaya Dunia /Ade Ardiansyah/Pikiran Rakyat Kuningan/

PR KUNINGAN — Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan (UNESCO) secara resmi menetapkan Sumbu Filosofi Yogyakarta sebagai salah satu warisan dunia dari Indonesia.

Penetapan Sumbu Filosofi Yogykarta sebagai salah satu warisan dunia didapat pada Sidang ke-45 Komite Warisan Dunia atau World Hetage Committee (WHC), yang berlangsung di Riyadh Arab Saudi, pada Senin, 18 September 2023.

Sumbu Filosofi Yogyakarta sendiri dimasukan ke dalam daftar dunia UNESCO sebagai the Cosmological Axis of Yogyakarta and Its Historic Landmarks dengan dokumen penetapan WHC 2345.COM 8B. 39 tanggal 18 September 2023.

Baca Juga: Relawan Bacapres PDIP Ganjar Pranowo Minta Maaf Kepada Persib Maung Bandung

Baca Juga: Persib Sampaikan Kabar Gembira Ezra dan Teja, Maung Bandung Menuju Seribu

Pasca penetapan tersebut, Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan Hamengku Buwono X mengatakan, keberhasilan yang diraih merupakan hasil kerja sama seluruh pihak dan merupakan penghargaan atas mahakarya Sri Sultan Hamengku Buwono I selaku pemrakarsa Sumbu Filosofi Yogyakarta.

“Kami menyampaikan terima kasih kepada UNESCO dan seluruh lapisan masyarakat, yang telah mendukung upaya pelestarian Sumbu Filosofi sebagai warisan dunia yang memiliki nilai-nilai universal yang luhur bagi peradaban manusia di masa kini dan mendatang,” ujar Sri Sultan.

Sri Sultan sangat berharap, dengan penetapan Sumbu Filosofi Yogyakarta sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO dapat dijadikan ajang pembelajaran bersama akan nilai-nilai universal yang diperlukan, hal itu guna mewujudkan dunia baru yang lebih baik di masa depan.

“Nilai luhur ini dapat menjadi inspirasi dan refrensi untuk mewujudkan dunia yang lebih baik,” tambah Gubernur DIY dikutip dari laman Humas Jogja.

Baca Juga: Berikut ini Prakiraan Cuaca Kuningan, Selasa, 19 September 2023: Didominasi Cerah Berawan

Baca Juga: Di Kuningan KPU Maknai Kejarlah Janji : Pemilu Bukan Sekadar Kontestasi Kekuasaan Tapi Peristiwa Kebudayaan

Proses penetapan Sumbu Filosofi Yogyaarta sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO tergolong cepat dibandingkan dengan nominasi warisan dunia dari negara-negara lain. Bahkan, dalam pengajuannya pun sah diterima tanpa adanya sanggahan.

Sementara itu, Duta Besar RI untuk Kerajaan Arab Saudi, Abdul Aziz Ahmad yang juga Ketua Delegasi pemerinta Indonesia pada sidang itu mengucapkan rasa terima kasihnya kepada UNESCO pasca penetapan Sumbu Filosofi Yogyakarta sebagai Daftar Warisan Dunia (World Heritage List).

“Kami merasa terhormat dapat menyumbangkan mutiara ini ke dalam Daftar Warisan Dunia, yang merupakan perpaduan indah antara warisan budaya benda dan tak benda,” ucapnya.

Sumbu Filosofi Yogyakarta sendiri adalah konsep tata ruang yang dicetuskan pertama kali oleh Raja Pertama Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat pada abad ke-18.

Konsep tata ruang dalam Sumbu Filosofi Yogyakarta dibuat berdasarkan konsepsi Jawa dan berbentuk struktur jalan lurus yang membentang antara Panggung Krapyak di sebelah selatan, Kraton Yogyakarta, dan Tugu Yogyakarta di sebelah utara.

Baca Juga: Link Pendaftaran CPNS 2023 dan PPPK Formasi Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah Lengkap Persyaratannya

Baca Juga: Disnaker Kuningan Sesalkan Masalah Mental Tenaga Kerja yang Manja; Baru Pelatihan di BLK Saja Bertumbangan

Struktur jalan dan beberapa kawasan di sekelilingnya yang penuh simbolisme filosofis adalah perwujudan falsafah Jawa tentang keberadaan manusia yang meliputi daur hidup manusia (Sangkan Paraning Dumadi), kehidupan harmonis antar manusia dan antara manusia dengan alam (Hamemayu Hayuning Bawana), hubungan antara manusia dan Sang Pencipta serta antara pemimpin dan rakyatnya (Manunggaling Kawula Gusti), serta dunia mikrokosmik dan markrokosmik.***

Editor: Ade Ardiansyah

Sumber: Humas Jogja


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x