Sudah Ratusan Ribu Ton Beras SPHP Diobral Tapi Harga Beras Masih Mahal, Ombudsman Duga Ada Penyalahgunaan

17 Maret 2024, 14:37 WIB
Sudah Ratusan Ribu Ton Beras SPHP Diobral, Harga Beras Masih Mahal, Ombudsman Duga Ada penyalahgunaan.* /PR Kuningan/Foto/FB-Ade WM/Karawangpost

PR KUNINGAN — Tercatat sebanyak ratusan ribu ton beras SPHP (Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan) sudah diobral Perum Bulog di berbagai daerah, tetapi harga beras masih mahal di pasaran.

Hal ini lantas menjadi sorotan Ombudsman Republik Indonesia yang menduga ada praktek penyalahgunaan beras SPHP, dan memerlukan investigasi mendalam.

Diutarakan anggota Ombudsman RI, Yeka Hendra Fatika, bahwa pihaknya memiliki beberapa hipotesis tentang persoalan harga beras masih mahal, walaupun Bulog sudah mengeluarkan ratusan ribu ton beras SPHP.

Salah satu spekulasi adalah bahwa beras SPHP, yang seharusnya didistribusikan kepada masyarakat yang kurang mampu, malah dikemas ulang sebagai beras komersial dan dijual di luar peraturan pemerintah.

Baca Juga: Bulan Puasa di Daerah ini Tempat Karaoke Sempat Diizinkan Buka Selama Ramadhan 1445 H, Sekarang Dilarang!

Saat melakukan inspeksi di Gudang Bulog Kelapa Gading, Jakarta, Jumat 15 Maret 2024, Yeka mengatakan," Karena kami tidak pernah mengawasi (harga beras) di pasar, di ritel, atau di konsumen itu seperti apa."

Ia menambahkan bahwa investigasi lebih lanjut diperlukan untuk memastikan apakah beras SPHP didistribusikan dengan benar.

Sejak 2023, Perum Bulog telah meluncurkan program beras SPHP pemerintah untuk menjaga stabilitas pasokan beras di pasaran dan menekan kenaikan harga beras untuk membuat harga beras lebih terjangkau bagi masyarakat, terutama kelompok menengah ke bawah.

Beras SPHP cenderung lebih murah daripada beras jenis lain yang tersedia di pasaran. Itu berasal dari cadangan beras pemerintah (CBP) di gudang Bulog, dan dikemas dalam kemasan curah 5 kilogram.

Baca Juga: 8 Tuntutan Dilayangkan Desa Penyangga Waduk Darma Selain Jagara, Pinta Pemrov Jabar Adil dan Menyejahterakan

Menurut Yeka, gangguan dalam produksi beras dalam negeri menjadi dugaan kedua mengapa harga beras hingga saat ini belum turun.

Dia juga menyatakan, "Produksi yang bermasalah atau memang ada penyelewengan di dalam penyaluran beras SPHP."

Yeka juga menunjukkan bahwa kemasan karung beras Bulog SPHP mirip dengan beras komersial, meskipun kualitas keduanya tidak jauh berbeda.

Selama inspeksi Jumat di Pasar Induk Beras Cipinang di Jakarta, dia menemukan hal itu. "Tadi kelihatan karung beras SPHP dan beras komersial tidak jauh berbeda, jadi ini saran buat Bulog ya agar kemasannya dibedakan," kata Yeka.

Baca Juga: Longsor Kembali Tutup Jalur Kuningan Cikijing, Waktu Sahur pun BPBD dan Tim Gabungan Berjibaku Tanggulangi

Adapun berdasar Catatan Badan Pangan Nasional menunjukkan bahwa beras SPHP tahun 2024 didistribusikan secara merata di seluruh Indonesia dalam bentuk curah dan dalam kemasan 5 kg dengan harga yang beragam.

Di Zona 1, harga per kilogram di Jawa, Lampung, Sumatera Selatan, Bali, NTB, dan Sulawesi adalah Rp10.900.

Zona 2 mencakup Sumatera, kecuali Lampung, Sumatera Selatan, NTT, dan Kalimantan dengan harga Rp11.500 per kilogram.

Baca Juga: Dugaan Money Politic Pesta Demokrasi di Kadatuan Bukan Pidana; Uangnya Buat Timses Ngopi dan Pesta Bakar Ayam

Zona 3 di Maluku dan Papua adalah Rp11.800/kg. Beras SPHP dapat dibeli oleh masyarakat di pasar tradisional, ritel modern, outlet Perum Bulog, pemerintah daerah, dan toko mitra Perum Bulog lainnya.

Menurut Badan Pangan Nasional, target penyaluran beras SPHP adalah 1,2 juta ton pada tahun 2024. Ini dilakukan untuk menjaga harga pangan dan pasokan tetap stabil dan mengontrol inflasi.***

Editor: Erix Exvrayanto

Sumber: Antara

Tags

Terkini

Terpopuler