“Jadi, jika santri ingin sukses dalam hubungan dengan orang lain, mereka tidak hanya harus cukup tekun tetapi juga harus tetap percaya pada usaha mereka,” ujarnya.
Wirausahawan dari kalangan santri atau santripreneur sangat penting untuk memahami hukum yang berlaku di negara lain karena tujuannya adalah untuk menjadi eksportir.
“Bahwa para nahdiyin adalah penggerak UMKM di Magelang (Jawa Tengah),” tutur Sayyid.
Sementara itu, Radynal Nataprawira selaku Head of Public Affairs Shopee Indonesia, menyatakan bahwa penjual pakaian Muslim anak dari kalangan NU juga tersedia di Jawa Timur, dan pelanggan Thailand menyukai produk mereka.
Ini disebabkan oleh fakta bahwa produk yang ditunjukkan selama Shopee mengadakan kompetisi "Dari Pesantren ke Pesantren" tahun sebelumnya dianggap memiliki nilai unik.
"Kami saksikan sendiri di beberapa daerah, produk-produk santri ini memiliki nilai luar biasa. Dan memang dari sisi personalnya, seperti yang disebutkan sebelumnya, para santri ini sangat tekun untuk membangun bisnisnya," ungkap Radynal.
Diharapkan pelatihan "Santri Siap Ekspor" akan mengajarkan para santripreneur tentang bisnis digital dan niaga-el, serta panduan untuk mengekspor produk lokal yang dibuat oleh santri ke negara-negara di Asia Tenggara, Asia Timur, dan Amerika Latin, bersama dengan lebih dari 26 juta produk UMKM lainnya yang telah berhasil ekspor melalui Shopee.***