Padahal, imbuh Hetifah, mata pelajaran bahasa daerah tidak sepenuh sama dengan seni budaya.
“Sekolah tidak memiliki guru yang cukup. Bahasa daerah diakomodasi dalam mata pelajaran seni budaya, tetapi bahasa daerah itu tidak sepenuhnya sama dengan seni budaya,” katanya dikutip dari ANTARA.
Bahasa Daerah perlu Dijaga
Sementara itu, Kepala Badan Bahasa Kemendikbudristek E Aminudin Aziz menyebut bahwa bahasa daerah perlu dijaga karena menyangkut pertaruhan dalam pelestarian budaya bangsa.
“Bahasa daerah pelu dijaga bersama karena ini menjadi pertaruhan dalam pelestarian budaya bangsa. Saya yakin dengan inisiatif itu semua bahasa daerah yang kita revitalisasi dapat berjalan dengan baik,” kara Aminudin.
Ia menambahkan, pihak Kemendikbudristek juga berkomitmen untuk terlibat aktif melestarikan beragam bahasa daerah yang menjadi bahasa ibu dengan melakukan upaya revitalisasi.
Baca Juga: Resep Menu Buka Puasa Ramadhan 2024, Nugget Ayam Simple dan Ramah di Kantong Emak-emak
Badan Bahasa mengklaim telah melakukan revitalisasi lima bahasa daerah dengan jumlah peserta 1,6 juta orang di tahun 2021, sementara di tahun 2022 jumlahnya naik yakni sebanyak 39 bahasa daerah dengan jumlah peserta 3 juta orang.
“Pada 2023, sebanyak 73 bahasa daerah direvitalisasi dengan jumlah peserta lebih dari 5 juta orang,” pungkasnya.***