Senior Vice President of Strategy and Investment PT Pertamina Persero menambahkan, bahwa, seluruh skenario memperlihatkan perkembangan dari penggunaan energi di Indonesia. Yaitu, energi konvensional seperti minyak, gas dan batu bara, serta energi terbarukan.
Menurutnya, penggunaan energi terbarukan akan terus mengalami peningkatan pada ketiga skenario. Sementara, permintaan untuk energi konvensional akan terus menurun seiring dengan diterapkannya transisi energi.
Sehingga, pertumbuhan PDB memang menjadi salah satu faktor kuat yang mempengaruhi cepat atau lambatnya transisi energi menuju energi terbarukan.
Baca Juga: 50 Link Twibbon Milad Aisyiyah ke-107, Cocok untuk Dibagikan di WhatsApp hingga Medsos: Gratis
Pertamina telah menyusun strategi untuk memperkuat ketahanan energi nasional, sambil secara bertahap membangun bisnis rendah karbon sebagai proses transisi energi. “Salah satu contohnya adalah Pertamax Green, dimana kami mengkombinasikan bensin dengan bioetanol sehingga dapat menurunkan emisi karbon dioksida secara optimal, sekaligus membuka peluang bagi industri seperti tebu atau ubi yang menjadi bahan baku bioetanol,” beber Henricus.
Pihaknya juga berharap Pertamina dapat memanfaatkan sumber energi terbarukan yang melimpah di Indonesia. Disamping sebagai persiapan menghadapi transisi energi namun juga untuk mendukung energi yang berkelanjutan dan ramah lingkungan, sesuai dengan tujuan dari SDGs.
Henricus mengapresiasi UMY sebagai institusi pendidikan tinggi yang menjadikan SDGs sebagai landasan dalam berinovasi.
Sementara itu, Rektor UMY, Prof. Dr. Ir. Gunawan Budiyanto, M.P., IPM., ASEAN Eng., menjelaskan, bahwa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta telah menerapkan prinsip dari SDGs dalam berbagai program, utamanya untuk penelitian dan pengabdian masyarakat.
Dituturkannya, seluruh agenda yang terkait SDGs melibatkan seluruh civitas academica UMY dan berorientasi kepada berkelanjutan, demi memberikan dampak nyata dan positif bagi masyarakat.