PR KUNINGAN — Telaga Biru menjadi penyegar alam di bawah gagahnya Ciremai—gunung tertinggi di Jawa Barat. Kejernihan airnya menghidupi Kabupaten Kuningan hingga tetangganya, Cirebon.
Cicerem adalah nama aslinya sebelum didandani cantik oleh tangan-tangan kreatif masyarakat Desa Kaduela, Kecamatan Pasawahan, Kabupaten Kuningan. Bermula Karang Taruna Jenggala Manik mengelolanya sejak tahun 90an hingga mendapat bantuan dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat melalui program desa peradaban, lalu disentuh pemikiran mahasiswa kuliah kerja nyata mempromosikannya melalui media sosial dengan nama Telaga Biru.
“Karena perairan setu atau empang besar tampak berwarna biru meski bukanlah laut, teman-teman mahasiswa menyebutnya Telaga Biru yang mereka buat viral pertama kali di medsos,” ungkap Diding Muhidin, Ketua Pengawas BUMDes Arya Kamuning sekaligus PIC Pengelola Objek Wisata Cicerem.
Dituturkan sejarahnya, Cicerem merupakan tempat pertemuan Wali Songo di zaman syiar Islam oleh Sunan Gunung Djati Cirebon. Adapun kenapa perairannya terlihat biru, konon katanya tetesan air mata bidadari yang dikenal ialah Nyi Bomas Inten sang penunggu Telaga Biru.
Berjalan-jalan di sekeliling Telaga Biru terdapat situs bernilai sejarah yang religius, yakni adanya petilasan jejak petualangan dari kerajaan Siliwangi menjalin diplomasi dengan Kesultanan Caruban (Cirebon)—sangat berpotensi dikembangkan menjadi destinasi wisata religi atau sejarah.
“Setelah Cicerem viral dengan nama Telaga Biru kemudian kami mulai menerapkan manajemen profesional dalam pengelolaannya lantas beralih dipegang Badan Usaha Milik Desa. Pada tahun 2017 kami melakukan studi banding terlebih dahulu menyerap ilmunya dari BUMdes Tirta Mandiri Ponggok di Klaten, Jawa Tengah,” tutur Diding.