Dituturkannya, partai-partai yang memiliki banyak kursi di DPR RI dibutuhkan untuk dapat bersatu menguasai parlemen. Pasalnya, posisi politik di legislatif harus dijaga, agar program-program Prabowo - Gibran dapat berjalan mulus tanpa hambatan.
"Peluang PKB dan NasDem sangat besar untuk masuk, sementara PDIP tidak akan semudah itu," kata Ahmad Atang.
Lain hal untuk kubu Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Parpol pemenang Pemilu 2024 pengusung Ganjar - Mahfud ini tersandera oleh sikap para elite partainya yang begitu vokal menyuarakan tentang dugaan "kecurangan pemilu."
Akan tetapi, bagaimana pun partai berlambang Banteng Moncong Putih ini ihwal navigasi atau penentu arah politik PDIP, tergantung bagaimana sikap dari Ketua Umumnya, Megawati Soekarnoputri.
Memperhatikan gesture politik Megawati Soekarnoputri saat ini, menyerupai ketika ia menjadi oposisi terhadap pemerintahan SBY (Susilo Bambang Yudhoyono) pada 2004 sampai dengan 2014 lalu.
Oposisi bakal lebih seru jika bersatunya kekuatan PDIP dengan PKS. Walaupun selama ini bagai "air dan minyak."
"Jadi di antara partai-partai yang hendak masuk ke koalisi, PDIP punya beban psikologis besar dibanding PKB dan NasDem," kata Ahmad Atang, dikutip PR Kuningan dari BBC.