Diceritakan Mbah Suratmo, Sudirman hanya menamatkan pendidikan di tingkat SD karena menderita keterbelakangan metal, dan aktivitas kesehariannya hanya dilakukan di rumah dan membantu orang tuanya. Selain itu, dia jarang berbicara dengan orang tuanya.
“Sudirman di rumah aja bantu-bantu orang tua. Dengan orang tua juga jarang ngobrol. Paling ke musala. Gak punya kelompok atau geng,” katanya.
Dia juga mengatakan bahwa anaknya sedang berada di rumah ketika terjadinya kasus Vina Cirebon.
Mbah Suratmo menjelaskan bahwa Sudirman ditangkap tiga hari setelah hilangnya nyawa Vina dan Eki. Peristiwa itu terjadi pada 27 Agustus 2016, dan Sudirman ditangkap pada 31 Agustus 2016.
“Pas ditangkap saya kaget, waktu pulang kerja anaknya gak ada, kemana. Ternyata kumpul di depan SMP 11. Kok sampai jam 5 belum pulang, gak tau ada ramai-ramai itu pada dijemputin sama polisi, ditangkep gitu,” terangnya.
Mbah Suratmo mengatakan bahwa setelah anaknya ditangkap, dia mendatangi Polres Cirebon Kota di pagi hari dan menemukan wajah anak dan teman-temannya sudah babak belur.
Sampai saat ini, Mbah Suratmo percaya bahwa anaknya tidak terlibat dalam kasus Vina Cirebon. Dan hingga kini, ia masih sering menjenguk anaknya di lembaga pemasyarakatan tempat Sudirman ditahan.
"Kalau ada waktu, ada uang saya ke sana (jenguk Sudirman ke lapas) bawa makanan, minuman, dan masakan," lirihnya.
Mbah Suratmo yang berprofesi sebagai seorang kuli bangunan, menyatakan, "Kalau ditanya sampai sekarang juga anak saya bilangnya saya disuruh ngaku."